30 Jan 2011

Backpack ke Ujung Genteng

Berawal dari postingan temen gue Sipa tentang An Awesome Trip to Ujung Genteng, gue juga jadi pengen ikut-ikutan nulis ah tentang liburan ke tempat yang satu ini. Apabila ditemukan banyak kesamaan isi dengan postingan beliau harap dimaklumi, lah wong perginya bareng-bareng haha, insya Allah izin juga sudah di tangan, ya ga Sip? ☺☺☺

Liburan datang juga (cuma sebulan sih karena liburan semester ganjil ke semester genap). Sebenernya di liburan ini gue juga hampir ga pernah di rumah tiap hari, jalan keluar mulu, tapi setelah dirasain kok lama-lama bosen juga mainnya di jakarta jakarta aje, ngemol nonton makan ngemol nonton makan, monoton! Akhirnya gue jadi berpikir gue harus jalan-jalan nih! Nah kebetulan waktu lagi buka twitter, tiba-tiba gue baca tuh twit temen yang isinya tanggal 17 Januari 2011 mau pergi ke Ujung Genteng. Langsung aja gue reply kan, dan dapet info kalo mau ikut bilang aja ke fandi, cuma terbatas 14 orang maksimal biar kalo nyarter angkot gampang.

Tanpa basa-basi langsung gue hubungin fandi. Sungguh mujur emang nasib karena sebenernya kuota udah terpenuhi semua tapi karena vera, ridho, danil, sama ucha ga jadi ikut akhirnya gue bisa ikut, plus cewek gue. Tapi kata fandi, "rul, sama lo sama sese jadi 15 orang, nanti kalo nyarter lo di pintu ya?" "okeh deh bos!" masa cuma gara-gara di pintu gue takut ikut, sori sori jek!

Awalnya kita memilih berangkat jam 5 pagi di tanggal 17 dengan rute Depok-Bogor-Sukabumi-Surade-Curug Cikaso-Ujung Genteng. Tapi di menit-menit terakhir, akhirnya kita memutuskan untuk berangkat 16 malam dengan harapan bisa sampai di tempat tujuan pagi hari dan bisa main-main lebih lama. Fixed 15 orang yang akan ikut ke ujung genteng dengan estimasi biaya sekitar 300 ribu belum termasuk biaya makan. Kami pun membawa perbekalan bahan makanan instan, beras, dan lauk yang cepat saji untuk menekan biaya perjalanan *asli backpacker banget*.

Jam 8 malam di hari minggu, 16 Januari, gue dan temen-temen lain berkumpul di rumah kontrakan salah satu geng ujung genteng (sebut saja begitu) di daerah pocin dan briefing tentang alur keberangkatan. Kami pun memutuskan berangkat ke sukabumi dengan bus terakhir yang ada (pukul 9 malam). Untuk selanjutnya berikut rute keberangkatan kami dari depok ke cikaso beserta tarifnya (sebelum ke ujung genteng kita mampir ke cikaso dulu) :

Pocin - Terminal Depok (angkot) = Rp 2.000,-
Terminal Depok - Terminal Sukabumi (miniarta) = Rp 18.000,-
Terminal Sukabumi - Terminal Lembursitu (angkot) = Rp 5.000,-
Terminal Lembursitu - Curug Cikaso (mobil elf) = Rp 25.000,-

Tepat jam 4 pagi kami pun tiba di tempat tujuan pertama yaitu curug cikaso. Masih gelap gulita dan belum ada satu pun warung yang buka. Alhasil kami pun hanya bisa duduk menunggu di depan warung yang belum buka itu sambil mengistirahatkan badan dan pikiran karena stress setelah terguncang selama 3 jam perjalanan di dalam mobil elf yang super ngebut walaupun track yang ditempuh minim penerangan dan kanan kirinya adalah jurang (supirnya lisensi F1 tulen!). Akhirnya warung ga lama buka dan kita pun ganti-gantian mesen indomie rebus atau nyeduh pop mie sekalian numpang kamar mandi buat sikat gigi, cuci muka, pipis, berak, sampe mandi junub. Ga jauh dari warung juga ada mesjid jadi gampang buat subuhan.

Setelah semua anggota geng selesai bersih-bersih, sholat subuh, dan sarapan, kami pun langsung menuju curug cikaso (tarif masuk Rp 3.500,-) dengan berjalan kaki. Sebenarnya bisa ke lokasi dengan menyewa perahu (Rp 8.000an) tapi setelah bertanya ke penduduk setempat, akses ke curug cikaso lewat jalur darat pun gak terlalu jauh, dan gratis tentunya! Walaupun track darat becek karena melewati sawah, tapi pemandangan yang di dapat bagus banget. Padi yang mulai menguning dengan latar belakang gunung di sebelah kiri dan sungai besar di sebelah kanan bikin semua orang have fun selama perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit. Dan akhirnya, capeknya jalan kaki di tengah sawah yang becek pun terbayar dengan curug cikaso yang subhanallah gila banget cantiknya!

Puas main air, kita segera menuju warung tempat kita singgah buat bersih-bersih, mandi, cuci-cuci dan lain-lain. Sekitar pukul 12 siang akhirnya kita beres dan bersiap menuju ujung genteng! Sebelumnya kita patungan seorang Rp 2.000,- buat dikasih ke ibu warung yang udah bersedia nampung kita dengan anaknya si ojan. Awalnya kami mau ke curug cigangsa tapi karena keterbatasan waktu dan semuanya ingin cepat sampai di penangkaran penyu jadinya tidak jadi.

Perjalanan ke ujung genteng lumayan jauh sehingga kami pun menyewa mobil pick-up dan masing-masing orang hanya membayar Rp 14.000,-. Awalnya harga sewa mobil lebih mahal dari itu tapi karena kelihaian salah satu anggota geng yang menawar dalam bahasa sunda, akhirnya jadi murah. Oia, ternyata pak haji yang punya mobil sewaan punya anak cowo yang kuliah di UI juga. Wah, ternyata dunia sempit (anaknya semester 2).

Akhirnya sampai di jalan ujung genteng! Tujuan pertama kami adalah penangkaran penyu dan untuk kesana kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki kurang lebih sejauh 6 km. Sebenarnya ada jasa ojek yang siap mengantarkan, tapi tarifnya mahal (Rp 30.000,-) jadi kita semua memutuskan untuk jalan kaki. Waktu tempuh sekitar 2,5 jam udah dengan istirahat duduk duduk makan minum. Lelah pun terbayar ketika mencapai tempat penangkaran penyu di pangumbuhan, pantainya keren bangeet meen! Untuk bisa ikut kegiatan pelepasan tukik (anak penyu) ke laut dan juga melihat proses penyu bertelur, tiap orang harus membayar Rp 10.000,- dan sebelumnya harus mengisi buku tamu terlebih dahulu. Untuk dapat melihat proses penyu bertelur hanya bisa dilihat pada malam hari, oleh karena itu kami menginap di salah satu rumah penjaga yang ada di tempat itu. Tarifnya 100 ribu satu rumah untuk satu malam, kita menyewa satu rumah.

Pukul 9.30 malam, kami diberitahu oleh penjaga bahwa ada penyu yang bertelur. Semuanya langsung bergegas padahal lagi seru-serunya main uno. Sebelum penyunya mengeluarkan sekitar 30an lebih telurnya, kami tidak diperbolehkan mengeluarkan cahaya dari handphone, kamera, atau senter karena bisa membuat penyu stress dan tidak jadi bertelur. Sambil menunggu penyu selesai bertelur, petugas patroli sesekali memberi informasi seputar penyu. Penyu baru bisa bertelur setelah ia mencapai usia 75 tahun dan penyu yang kami temui kali ini usianya kira-kira 80 tahun (relatif muda karena usia penyu dapat mencapai 300 tahun).

Dalam satu musim kawin, penyu bisa bertelur hingga 5 kali tiap 15 hari. Namun jika sudah 5 kali bertelur, penyu tersebut akan 'menghilang' selama 2-3 tahun sebelum ia dapat bertelur kembali. Dalam satu kali bertelur, penyu dapat menghasilkan telur hingga 100 butir, namun hanya akan ada 2 anak yang sanggup bertahan hidup hingga dewasa. Penyu yang ada di pangumbuhan ini termasuk jenis penyu hijau (chelonia mydas) yang langka dan termasuk hewan dilindungi. Setelah puas bermain dengan penyu akhirnya kita semua bisa tidur dengan nyenyak.

Pagi hari kami langsung bergegas menuju tempat penginapan kami yang sebenarnya, yaitu pondok adi. Perjalanan kali ini lebih cepat dan tidak begitu melelahkan karena kami hanya berjalan kaki sejauh 2 km dan sisanya kami menyewa mobil pick-up (Rp 5.000,-) yang kebetulan sedang mengantar bahan bangunan di tempat kami beristirahat yaitu cibuaya. Setelah check-in, kami langsung meminjam peralatan masak dan makan yang memang disediakan gratis oleh pengelola penginapan.

Beras dan lauk yang dibawa dari rumah pun dimasak dan untuk tambahan lauk, kami membeli di warung sayur yang letaknya cukup jauh dari penginapan. Masing-masing anggota geng cukup membayar Rp 3.500,- untuk beli sayuran dan Rp 7.000,- untuk beli ikan yang akan dibakar sebagai lauk makan malam. Sembari menunggu masakan, ga usah ditanya apa yang kita lakukan, yak main di pantai bos! Karangnya masih bagus, pasirnya putih, keren parah pokoknya! Cuma satu yang agak disayangkan, agak kurang terawat, coba kalo dirawat, perfecto pasti!


Akhirnya setelah puas main air, kita pun masak-masak dan bakar ikan , dan tak lama akhirnya kita pun bisa makan enak juga hahaha! Malam pun dilalui dengan canda, tawa, uno, poker, cak-cakan, dan cerita-cerita. Quality night w/ bestfriends lah pokoknya! Akhirnya sekitar pukul 3 malam kita pun tertidur dengan pulas. Hampir lupa, biaya untuk penginapan selama 2 malam hanya Rp 30.000,- dan itu terbagi di dua tempat, di penangkaran penyu pangumbuhan dan pondok adi. Untuk pondok adi, tarif per malamnya Rp 350.000,- untuk satu pondok yang berisi 2 kamar dan karena kami berjumlah 15 orang jadi lebih murah deh. Keesokan harinya setelah beres sarapan dan packing, kami pun bergegas pulang demi mengejar bus terakhir dari sukabumi ke depok berikut rutenya :

Ujung Genteng - Surade (angkot) : Rp 5.000,-
Surade - Terminal Lembursitu (mobil elf) : Rp 20.000,-
Terminal Lembursitu - Terminal Sukabumi (angkot) : Rp 5.000,-
Terminal Sukabumi - Terminal Depok (bus MGI) : Rp 20.000,-

Dan tetep sopir elf yang jadi juara karena sanggup membuat gue mabok! Ini bukan masalah ndeso atau apa, tapi emang gila banget meen medannya. Akhirnya kita semua sampai dan perjalanan ini menjadi perjalanan yang tak terlupakan dan sempurna untuk memulai tahun. Total biaya yang dikeluarkan keseluruhan per orang 216 ribu. Happy new year, happy new semester, and goodluck semuanya!

2 comment:

uhuk kapan minta ijin ya? (_ _")

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More