BY : Dinda Nuurannisaa Yura
Bukankah Sebagai sesama manusia saja, kita memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan?
Apalagi bagi kepada orang-orang yang kita cintai.
Ahhh. Seandainya mereka tahu betapa kita mencintai mereka.
Mencintai orang tua kita yang sangat hebat dan sangat kita percaya…
Wahai Bapak-bapak dan Ibu-ibu Kami tersayang,
kami banyak belajar dari apa yang kau berikan.
Dan setahu kami pendidikan itu adalah hak semua warga Negara.
Dan setahu kami, bahwa pendidikan itu harus bisa diakses semua orang dengan prinsip non diskriminatif. Tidak boleh ada pembedaan berdasarkan suku, RAS, agama atau apapun itu, apalagi berdasarkan kelas ekonomi.
Itulah yang kami dapatkan dari buku-buku yang kami baca dari perpustakaan yang Engkau selenggarakan untuk Kami,,
Wahai Bapak-bapak Ibu-ibu kami tersayang,
kami hanya mencoba mengingatkan.
Pak, adik kami tidak berani memilih UI. Karena dari publikasi yang ia lihat di Koran, di UI bayarnya 5 juta dan 7,5 juta persemester.
Bu, adik kami tidak jadi masuk UI, karena setelah ditetapkan dia harus membayar jauh lebih banyak dari jumlah yang ia mampu tuk berikan
Pak, bisakah adik kami mendapatkan potongan bayaran lagi? Ayahnnya sudah menjual sawahnya untuk membayar uang pangkal dan bayaran semester ini. Dan keluarganya sedang bingung bagaimana menghadapi hidup ke depan. Apalagi untuk membayar uang kuliah semester depan.
Bu, tolonglah adikku ini. Dia tidak tega melihat Ibunya menjual apa yang bisa dijual, berhutang sana sini, menggadaikan semua barang berharga yang ia punya. Hanya agar aku bisa ada di sini. Mendapatkan pendidikan yang katanya harus bisa diakses semua orang.
Pak, Bu, haruskah kami mengemis seperti ini. Untuk mendapatkan apa yang seharusnya memang menjadi hak kami?
Sungguh kecintaan kami yang menggerakkan kami untuk mengingatkkan Bapak-bapak dan Ibu-ibu kami.
Sungguh bukan maksud kami untuk tidak hormat apalagi melawan orang tua kami.
Hanya saja, suara kami untuk mengingatkan rupanya terlalu kecil.
Dan kami hanya berfikir,
Mungkin kalau suara kami lebih besar
Andai lebih banyak yang berbicara
Bapak-bapak dan Ibu-ibu mau mendengar
Sungguh apa yang kami kabarkan kepada Saudara kami
Bukanlah kabar bohong yang menipu Saudara-saudara kami
Bukanlah upaya untuk menjelek-jelekkan orang tua kami
Apalagi untuk menyinggung harga diri Bapak dan Ibu Kami
Kami hanya berharap,
Saudara-saudara kami akan membantu Orang Tua Kami
Agar hati Bapak Ibu kami mendengar kami
Dan rintihan adik-adik kami
“kak, saya pengen masuk UI, tapi UI kan mahal Ka”
“Saya masuk yang lain aja lah Kak, kasihan Bapak dan Ibu, kuliah di UI terlalu mahal”
Dan ketika Bapak marah kepada kami
Ketika Ibu meminta kami untuk berhenti
Ketika Bapak dan Ibu memutuskan untuk membekukan kegiatan-kegiatan kami,,
Maaf sekali Pak, Bu,
Kami tidak mungkin berhenti
Kami tidak bisa diam saja,,
Kami tidak mungkin membiarkan impian2 indah adik2 kami sirna
Tidak mungkin membiarkan hak asasi manusia
Hak atas pendidikan
Tidak ditengakkan justru di rumah kami sendiri,,
Ahh, rumah kami yang indah,
Yang katanya kampus rakyat
Hffff
Ahh, Sungguh tak ada niat kami untuk menyakiti Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami cintai
Sungguh kami ingin menjadi anak yang berbakti dan mebuat bangga Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami cintai,,
Tapi bagaimana mungkin kami diminta mengingkari apa yang diajarkan Bapak-bapak dan Ibu-ibu kami sendiri,,,,,
0 comment:
Posting Komentar